Bukti Ilmiah Kebenaran Takdir



Penelitian Tentang Takdir

Sebagai hasil eksperimen yang dilakukannya tahun 1973, Profesor Benjamin Libet, hebat neurofisiologi di Universitas California, Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa semua keputusan dan pilihan kita sudah ditentukan sebelumnya dan bahwa kesadaran muncul untuk berperan hanya setengah detik sehabis semuanya ditentukan. Oleh para hebat neurofisiologi lain, maknanya dijelaskan bahwa sesungguhnya kita hidup pada masa kemudian dan bahwa kesadaran kita bagaikan monitor yang menunjukkan segalanya setengah detik lebih lambat.

Dengan demikian, tidak satu pun pengalaman yang kita rasakan terjadi dalam waktu sebenarnya, tetapi terlambat setengah detik dari insiden nyatanya sendiri. Libet melaksanakan risetnya dengan memakai fakta bahwa pembedahan otak sanggup dilakukan tanpa penggunaan narkosis, dengan kata lain, ketika pasien sepenuhnya sadar. Libet merangsang otak pasien dengan arus listrik kecil dan ketika mereka mengalami persepsi bahwa tangan mereka telah disentuh, pasien menyatakan bahwa mereka mencicipi “sentuhan” itu nyaris setengan detik sebelumnya. Sebagai hasil pengukurannya, Libet hingga pada kesimpulan berikut: “Semua persepsi biasanya ditransmisikan ke otak. Ketika persepsi ini dievaluasi dan diinterpretasi secara bawah sadar, si ego tidak menyadari apa pun. Informasi yang muncul di depan benak kita, dengan kata lain apa pun yang kita sadari, ditransmisikan ke korteks, bab kesadaran, sehabis ada jeda tertentu”.

Kesimpulan dari hal ini bisa dirangkum sebagai berikut: Keputusan untuk menggerakkan otot terjadi sebelum keputusan ini mencapai kesadaran. Selalu ada jeda antara proses neurologis atau perseptual dan ketika kita menjadi sadar akan pemikiran, perasaan, persepsi, atau gerakan yang ditimbulkannya. Dengan kata lain, kita hanya bisa menyadari sebuah keputusan sehabis keputusan itu sudah diambil.

Dalam percobaan Profesor Libet, jeda ini bervariasi antara 350 dan 500 milidetik meskipun keputusan yang muncul tentu saja tidak bergantung pada angka-angka tersebut. Karena, berdasarkan Libet, berapa usang pun jeda tersebut, tidak ada efek apakah usang atau sebentar, satu jam, satu hari, satu bulan, satu tahun atau satu mikrodetik, kehidupan fisik kita selalu berada pada masa lalu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pemikiran, emosi, persepsi, atau gerakan terjadi sebelum mencapai kesadaran kita dan itu mengambarkan bahwa masa depan sepenuhnya di luar kendali kita.

Dalam percobaan lain, Profesor Libet menyerahkan keputusan kepada pasien kapan untuk menggerakkan jari. Otak pasien dipantau pada ketika jari mereka bergerak dan diamati bahwa sel otak yang relevan beraksi sebelum pasien benar-benar mengambil keputusan. Dengan kata lain, perintah “lakukan!” mencapai individu dan otak disiapkan untuk melaksanakan tindakan; individu gres menyadari ini setengah detik belakangan. Dia tidak mengambil keputusan untuk bertindak dan kemudian melaksanakan tindakan itu, tetapi sebaliknya melaksanakan tindakan yang sudah ditentukan untuknya. Namun, otak menciptakan penyesuaian; menghilangkan kesadaran bahwa seseorang sebetulnya hidup pada masa lalu. Karena itu, pada ketika kita merujuk waktu “sekarang”, kita sebetulnya menjalani sesuatu yang sudah ditentukan pada masa lalu. Sebagaimana telah dibahas, penelitian ini menjelaskan fakta bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah, sebagaimana diungkapkan dalam surah Al-Insan ayat 30 “Dan kau tidak bisa (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah ialah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”.




Makna Takdir

Takdir ialah ketetapan atau keputusan Allah atas makhluq-Nya semenjak zaman azali. Takdir berdasarkan ulama tauhid terbagi menjadi dua; takdir mubram dan takdir mu’allaq. Takdir mubram ialah ketetapan Allah yang tidak sanggup dirubah oleh siapa pun kecuali Allah sendiri yang mengubahnya. Contohnya; janjkematian manusia, perputaran bumi, pergeseran alam dan lain-lain. Takdir ini biasa disebut dengan sunnatullah.  Sedang takdir mu’allaq ialah ketetapan Allah yang memungkinkan sanggup dirubah oleh insan itu sendiri dengan ikhtiar dan doa yang dilakukannya sehabis kehendak Allah swt. Contohnya; nasib, rezeki, amal, jodoh dan lain-lain.

Jadi, pada hakikatnya semua ketetapan atau keputusan insan berada di tangan Allah. Walaupun ada ketetapan yang sanggup dirubah oleh insan itu sendiri dengan ikhtiar dan doa. Itu pun sanggup berubah sehabis kehendak Allah swt. Karena, intinya kendali makhluq ada pada Sang Khaliq dan akan kembali kepada-Nya.

Wallahu A’lam

Comments

Popular posts from this blog

Kh. Ahmad Badawi (Mbah Badawi Kaliwungu)

Kesederhanaan Habib Toha Al-Munawwar Semarang

Pondok Pesantren Ta’Limul Qur’An Al-Asror (Pptq Al- Asror)