Gus, Saya Kangen Wangsit Dan Pemikiranmu
Sudah empat tahun dia meninggalkan saya, meninggal dalam arti dhahir-nya, namun, pemikiran, jasa dan pengabdiannya akan selalu saya kenang dan berusaha saya dengungkan kepada masyarakat wacana dakwah Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin. Beliau ialah figur dan sosok pejuang agama dan bangsa yang patut diteladani oleh generasi-generasi setelahnya. Keberanian, kesederhanaan, kehumanisan, keadilan, keegaliteran dan kecintaan dia kepada bangsa dan umatnya.
Kecintaan dia kepada bangsa dan umatnya yang didasari cinta dia kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan dia kepada keluarga dan raganya. Beliau tidak pernah peduli kepada raganya (kesehatannya), selagi bangsa dan umatnya membutuhkannya. Beliau ialah satu-satunya Presiden yang (maaf) cacat di dunia ini. Beliau tidak mempedulikan kesehatan raganya untuk menolong dan membantu bangsa ini dari keterpurukan. Beliau ialah tokoh bangsa yang tidak pernah membeda-bedakan suku, ras dan agama. Beliau paham, hafal, mengerti dan merealisasikan apa yang ada dalam kaidah Bhineka Tunggal Ika yang dirancang oleh tokoh-tokoh kemerdekaan termasuk ayahnya. Beliau juga paham, hafal, mengerti dan merealisasikan wacana dakwah Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.
Gus, engkau meninggalkan banyak ide, pedoman dan jasa bagi rakyat Indonesia. Doakanlah saya, biar senantiasa dapat melanjutkan wangsit dan pedoman engkau wacana dakwah Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin. Engkau pernah berpesan “Tidak ada jabatan, kedudukan dan status sosial yang perlu dipertahankan mati-matian”, “Pandanglah dan sayangilah orang lain sebagai sesama makhluk Allah, maka Allah akan selalu memandang dan menyayangimu”, “Berbuat sepakat kepada semua orang, sebab Allah tidak akan pernah memandang kepada siapa engkau berbuat baik, selagi engkau nrimo melakukannya”.
Wallahu A’lamu bi Muradihi
Al-Faqier ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
30-12-13, Kaliwungu Kota Santri
Comments
Post a Comment