Posts

Showing posts from October, 2013

Berbuat Sepakat Tanpa Memandang Suku, Ras Dan Agama

Image
Berbuat baik kepada orang lain tanpa memandang suku, ras dan agama yaitu salah satu bukti bahwa kita warga Nahdliyin memiliki perilaku beragama yang Rahmatan lil ‘Alamin . Sikap dimana kita dalam bersosialisasi dengan masyarakat secara umum atau ukhuwah basyariyah , tidak pernah menyinggung suku, ras dan agama. Karena hal itu pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika memimpin masyarakat Madinah yang berbeda-beda suku, ras dan agamanya. Beliau tidak pernah memandang rendah satu dengan yang lainnya. Semua dipandang sama dalam hal kekerabatan ukhuwah basyariyah . Berbeda halnya dengan duduk perkara ukhuwah islamiyah , warga Nahdliyin seharusnya dapat membedakan antara ukhuwah basyariyah dan ukhuwah islamiyah . Dimana keduanya punya fungsi dan tugas yang hampir sama, namun sangat berbeda dalam realisasinya (prakteknya). Saat seseorang dapat menjalankan keduanya dengan baik, maka akan terjalin kekerabatan sosial yang indah sebagaimana yang pernah diterapkan oleh ulama-ulama N

Sebutan “ Kyai ” Di Kala Modern

Image
Kyai Sepuh Kyai, sebuah titel yang tidak ajaib bagi masyarakat Islam Indonesia umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya. Dahulu, sebutan kyai biasanya disemakkan pada orang yang dikenal paham dan mengerti aliran agama (syari’ah Islam) secara menyeluruh. Namun, seiring berjalannya waktu sebutan itu semakin berkembang ranah posisinya, tidak hanya disemakkan pada orang yang paham dan mengerti aliran agama saja, bahkan (maaf) orang yang hanya arif berpidato (ngomong) ihwal agama tanpa paham dan mengerti aliran agama sudah dikenal dengan sebutan “kyai”. Di bilang ironis tidak juga, toh mereka yang hanya arif pidato (mubaligh) ihwal agama tanpa menguasai ilmunya mungkin sanggup memperlihatkan manfaat bagi pendengarnya. Yang perlu disayangkan ialah dikala sang mubaligh tersebut tidak mau mencar ilmu atau mencari lagi ilmu-ilmu agama yang belum ia kuasai dan kadang diperparah lagi dengan penguasaan akhlaqul karimah yang masih sedikit/minim. Sebelum saya menjelaskan panjang lebar

Kebenaran Ramalan Gus Dur Dalam Diri Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jendral Pol Sutarman

Image
Kapolri Jendral Sutarman dan Mantan Kapolri Jendral Timur Pradopo Gus Dur dan Kapolri Jendral Pol Sutarman Suatu pagi di tahun 2005 di media cetak Nasional memberitakan wacana mutasi Perwira Tinggi di badan Kepolisian Republik Indonesia. Sesuatu yang masuk akal ditubuh sebuah Insti tusi Negara. Berita di koran tersebut kita bacakan kepada alm Gus Dur, dan hal tersebut sudah menjadi rutinitas tiap pagi sambil melayani tamu-tamu yang tiba ke kediaman ia di Ciganjur, Jakarta selatan. Salah satu perwira yang menerima kenaikan pangkat dan mengemban jabatan gres tersebut yaitu Komisaris Besar Pol Sutarman, yang naik pangkat menjadi Brigjend Pol dan menjabat sebagai Kapolda Kepulauan Riau (Kepri). Sebelumnya, Brigjen Pol Sutarman pernah menjadi asisten Presiden Abdurrahman Wahid atau biasa di sapa dengan Gus Dur. Berita tersebut kami sampaikan ke Gus Dur. Pak, begitu kami memanggil Gus Dur, “ Pak Tarman dilantik jadi Kapolda Kepri, naik pangkatnya jadi bintang satu.” GD : “O…ya

Kebenaran Ramalan Gus Dur Dalam Diri Kh. Said Aqil Siradj

Image
Gus Dur Ramalkan Said Aqil Makara Ketua Umum PBNU Setelah Umur 55 Tahun Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sempat meramalkan KH. Said Aqil Siradj terpilih menjadi ketua umum PBNU setelah berusia 55 tahun. Ternyata ramalan itu benar. Said Aqil Terpilih pada Muktamar ke-32 NU di Makassar pada usia 56 tahun. Cerita ini disampaikan sendiri oleh Said Aqil dalam program Tasyakuran Sukses Muktamar di kantor PP. GP. Ansor, Jakarta, Kamis (1/4/10) malam. ”Saya tidak menceritakan ini sebelum Muktamar, nanti dikira kampanye,” kata Said Aqil bergurau. Ceritanya, pada Muktamar ke-30 NU di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Said Aqil yang bertugas sebagai ketua panitia sentra berniat mengajukan diri sebagai calon ketua umum PBNU, dan Gus Dur tidak setuju. ”Nanti sampeyan itu gres jadi ketua umum PBNU setelah umur 55,” kata Gus Dur menyerupai ditirukan Said Aqil. ”Saya tidak mengada-ngada, ada saksinya santri-santri saya di Ciganjur,” tambahnya. Namun pada waktu itu Sai