Posts

Showing posts from April, 2014

Amaliyah Muhammadiyyah Dirubah Kaumnya Sendiri

Image
Kitab Fiqih Muhammadiyah karya KH. Ahmad Dahlan Secara ringkas kami katakan bahwa, KH. Ahmad Dahlan ( pendiri Muhammadiyyah pada 18 November 1912/8 Dzull Hijjah 1330) dengan KH. Hasyim Asy’ari ( pendiri NU pada 31 Januari 1926/16 Rajab 1344) yaitu satu sumber guru dengan amaliyah ‘ubudiyah yang sama. Bahkan keduanya pun sama-sama satu nasab dari Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri). Berikut kami kutip kembali ringkasan kitab “ Fiqih Muhammadiyyah ” , diterbitkan penerbit Muhammadiyyah Bagian Taman Poestaka Jogjakarta, jilid III, diterbitkan tahun 1343 H/1925 M , dimana hal ini membuktikan bahwa amaliyah kedua ulama besar di atas tidak berbeda: 1.) Niat shalat menggunakan bacaan lafadz: “ Ushalli Fardha… ” (hlm. 25) 2.) Setelah takbir membaca: “ Allahu Akbar Kabiran Walhamdulillahi Katsira… ” (hlm. 25) 3.) Membaca surat al-Fatihah menggunakan bacaan: “ Bismillahirrahmanirrahim ” (hlm. 26) 4.) Setiap shalat Subuh membaca doa Qunut (hl

Amaliyah Pendiri Muhammadiyyah Sama Dengan Nu

Image
Mustasyar PBNU KH. Sya’roni Ahmadi menuturkan, amalan ibadah Muhammadiyyah yang diterangkan dalam kitab fiqih berbahasa Jawa karya KH. Ahmad Dahlan bergotong-royong sama dengan Nahdlatul Ulama. Namun, anutan tersebut dirubah oleh pengurus Muhammadiyyah periode berikutnya. “Saya punya kitab jilid 3 karya Mbah Dahlan itu yang menunjukan dengan terang bahwa sholat tarawih dilaksanakan 20 rakaat dan setiap 2 rakaat harus salam,” terangnya mengutip kitab fiqihnya KH. Ahmad Dahlan dalam pengajian rutin Tafsir Al Qur’an di Masjid Al-Aqsha Menara Kudus, Jum’at pagi (18/4) Mbah Sya’roni mengatakan, KH. Ahmad Dahlan yakni teman berguru pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari di banyak sekali pesantren di Indonesia. Saat nyantri di Ponpes Mbah Sholeh Darat Semarang, keduanya juga selalu bersama-sama. “Begitu pula dikala di Mekah, mereka selalu ngaji bersama pada KH. Khatib Minangkabau dan KH. Nawawi Al Bantani. Kyai Dahlan dan Kyai Hasyim ini sama ‘alimnya dan sama ibadahnya,”

Ra. Kartini, Murid Kyai Yang Penuh Inspirasi

Image
Penggalan surat ucapan terima kasih RA. Kartini kepada gurunya, yaitu Kyai Sholeh Darat Semarang : “Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya.  Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi semenjak hari  ini ia menjadi terang-benderang hingga kepada makna tersiratnya,  alasannya Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa  yang saya pahami.” Salah satu murid Kyai Sholeh Darat Semarang tetapi bukan dari kalangan ulama ialah Raden Adjeng Kartini atau biasa dikenal dengan nama RA. Kartini. Karena undangan RA. Kartini inilah Kyai Sholeh Darat menjadi penggagas penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jawa. Menurut catatan cucu Kyai Sholeh Darat (Hj. Fadhilah Sholeh), RA. Kartini pernah punya pengalaman tidak menyenangkan dikala mempelajari Islam. Guru ngajinya memarahinya lantaran dia bertanya ihwal arti sebuah ayat Al-Qur’an. Biografi RA. Kartini Raden Adjeng Kartini ialah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas aristokrat Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosro