Kelahiran Nabi Muhammad Saw. Sang Pembawa Rahmat


Besok (12 Rabi’ul Awal), yaitu salah satu hari yang bersejarah sekaligus mulia. Karena, pada hari itulah lahir seorang sosok yang mulia dan pembawa rahmat bagi semesta. Seorang nabi yang menjadi imam dan panutan bagi nabi dan rasul yang lain. Bahkan, Allah swt. pernah berfirman dalam salah satu hadits qudsi-Nya, “Tidak Aku ciptakan alam semesta ini selain karena Aku membuat nur Muhammad”. Sosok tersebut yaitu Nabi Muhammad saw.
Banyak sekali riwayat dan sejarah yang menceritakan perjalanan dan kelahiran Rasulullah saw. Dari mulai kitab-kitab klasik (turats) hingga buku-buku dari banyak sekali bahasa. Kesemuanya berkaitan dengan mengenang dan mengupas sejarah dan kelahiran sosok yang hingga dikala ini menjadi tokoh yang paling dikagumi di seluruh dunia.
Dari banyak sekali kitab dan buku tersebut, saya hanya akan menukil sebagian kecil perjalanan sejarah Rasulullah saw. perihal dakwah yang Rahmatan lil ‘Alamin.
Kasih Sayang Beliau Pada Sesama Manusia
Suatu hari, Rasulullah saw. lewat di pasar dan di sekitar pasar tersebut ada seorang pengemis Yahudi yang agak bau tanah dan buta. Melihat ada seseorang yang lewat, si pengemis menjulurkan kedua tangannya untuk meminta makanan. Dan seketika itu, dia kembali ke rumah dan mengambil beberapa kurma dan roti untuk diberikan kepadanya. Setelah hingga di kawasan pengemis tersebut, dia berikan masakan itu dengan cara yang sangat halus dan sambil memijat penggalan punggung si pengemis itu sebagai tanda sayang dia kepada pengemis itu. Saat dia memijat itulah, si pengemis dengan santainya mengolok-olok dia dengan beberapa umpatan. “Hai pemuda, jangan hingga engkau mengikuti fatwa Muhammad yang absurd itu”, umpat si pengemis. “Muhammad yaitu pembawa musibah bagi penduduk ini”, lanjut si pengemis. Namun, dengan kemuliaan etika beliau, dia hanya tersenyum. Hal tersebut terjadi beberapa kali, setiap dia lewat pasar tersebut, dia selalu memperlihatkan masakan kepada pengemis itu dengan dibalas umpatan-umpatan si pengemis kepada beliau, namun dia tetap tersenyum setiap dia diumpat oleh pengemis itu.
Hingga suatu hari, dia tidak lewat di pasar itu disebabkan adanya suatu halangan, namun dia tetap memperlihatkan masakan kepada pengemis itu dengan mengutus Sahabat Abu Bakar Siddiq. Setelah Sahabat Abu Bakar memperlihatkan masakan itu, menyerupai biasa si pengemis mengolok-olok Rasulullah dengan umpatan-umpatan. Namun, dikala si pengemis mengumpat, dia sembari keheranan dan bertanya kepada Sahabat Abu Bakar. “Hai pemuda, siapa engkau gerangan? “, tanya si pengemis, “Sepertinya, yang biasa memperlihatkan masakan setiap hari untukku, tidak menyerupai engkau?” lanjutnya, “Biasanya, orang yang memperlihatkan masakan untukku setiap hari, tangannya lembut, santun bicaranya dan sangat sayang kepadaku”, lanjut si pengemis. Dengan tetesan air mata haru dan kagum, Sahabat Abu Bakar menjelaskan kepada si pengemis, “Hai Orang tua, cowok yang biasa memperlihatkan masakan setiap hari kepadamu dengan lemah lembut dan santun yaitu cowok yang gres saja engkau olok-olok”, jawab Sahabat Abu Bakar, “Beliau yaitu Muhammad, utusan Allah swt. dan pembawa rahmat bagi semesta” sambungnya.
Setelah dijelaskan oleh Sahabat Abu Bakar, pengemis itu pun eksklusif menitikkan air mata dan meratapi perbuatannya dengan berkata, “Saya sangat menyesal atas apa yang saya lakukan, Muhammad, cowok yang setiap hari saya olok-olok dihadapannya, ternyata sangat sayang kepadaku, dia balas umpatanku dengan senyumannya, sungguh, dia yaitu pribadi yang agung dan mulia”. Saksikanlah hai pemuda, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad benar-benar utusan Allah”. Seketika itu, si pengemis menyatakan masuk Islam di hadapan Sahabat Abu Bakar Siddiq dengan karena keagungan dan kemuliaan etika Rasulullah saw. serta kasih sayang dia kepada sesama makhluq-Nya.
Kemuliaan Akhlak Rasulullah saw.
Suatu hari, Rasulullah sedang berjalan melewati rumah-rumah tetangganya, tidak disangka, dikala dia melewati rumah seorang Yahudi, si pemilik rumah meludahi dia dari jendela rumahnya hingga mengenai muka dan baju beliau. Namun, dengan kemuliaan akhlaq yang dimiliki beliau, dia hanya tersenyum melihat perlakuan Yahudi tersebut. Kejadian tersebut berkali-kali dilakukan oleh si pemilik rumah setiap Rasulullah melewati rumahnya. Bahkan, beberapa sobat pernah menyaksikan kejadian itu dikala berjalan bersama Rasulullah, namun dia mencegah para sahabatnya untuk membalas perbuatan tersebut.
Satu waktu, Rasulullah melewati rumah orang Yahudi tersebut, namun dia merasa keheranan dalam hatinya, “biasanya si pemilik rumah meludahi saya, hari ini kelihatannya tidak ada”. Beliau pun ingin tau dan bertanya kepada beberapa tetangganya. Dari warta tetangganya, ternyata si Yahudi sedang sakit, dengan bergegas, Rasulullah pun pulang ke rumah dan mengambil beberapa masakan untuk menengok orang Yahudi itu. Betapa kagum dan merasa bersalah, ketika si Yahudi melihat orang yang sering ia ludahi ternyata orang yang pertama kali menengoknya. “Sungguh, sangat mulia akhlaq dan hati Muhammad”, gumamnya dalam hati. Seketika itu, si Yahudi menyatakan masuk Islam dan mengucapkan syahadat di depan Rasulullah saw.
Kasih Sayang Rasulullah Pada Binatang
Suatu hari, seorang pria tengah lewat di sisi Nabi Muhammad saw. dengan membawa seekor kijang hasil tangkapannya. Lalu Allah swt. yang berkuasa atas semua makhluk-Nya, telah menimbulkan kijang itu berbicara kepada Nabi Muhammad saw. Selepas Kijang itu mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad saw., sang Kijang itu melanjutkan percakapannya.
Wahai Utusan Allah, sebenarnya saya memiliki beberapa anak yang masih menyusu, dan kini saya sudah ditangkap, sedangkan anak-anakku sedang kelaparan,” kata kijang itu meminta belas kasihan.
Rasulullah saw. yang bisa mengerti bahasa kijang itu lantas berdialog dengan si kijang. “Apakah yang engkau harapkan dariku?” tanya Rasulullah saw.
Tolong perintahkan orang ini melepaskan aku, biar saya sanggup menyusui anak-anakku dan setelah itu saya akan kembali kesini,” kesepakatan kijang itu dengan sangat memohon.
"Bagaimana jika engkau tidak kembali lagi ke sini?" tutur Rasululah saw.
Kalau saya tidak kembali kesini, nanti Allah swt. akan melaknatku sebagaimana ia melaknat orang yang tidak mengucapkan shalawat kepada engkau apabila disebut nama engkau di sisinya,” kesepakatan kijang itu.
Lalu Nabi Muhammad saw. pun meminta kepada orang itu untuk melepaskan kijang itu buat sementara waktu.
Wahai pemuda, lepaskanlah kijang ini, dan saya akan menjadi jaminannya,” kata Rasululah saw.
Atas perintah Rasulullah saw., cowok itu pun risikonya melepaskan kijang itu. Beberapa usang kemudian kijang itu benar-benar kembali. Rasulullah saw menambatkan kembali kijang itu menyerupai semula. Tidak usang setelah itu, si pemburu berdiri dari tidurnya. Melihat Rasulullah saw. berada di dekatnya si pemburu bertanya, “Ada perlu apa Anda tiba kemari?
Beliau menjawab, “Aku mohon engkau mau melepaskan kijang ini.”
Tanpa banyak berpikir lagi si pemburu memenuhi seruan Rasulullah saw. Setelah dilepas oleh si pemburu, kijang itu lari kencang meloncat-loncat kegirangan di padang pasir sambil terus berkata,”Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Anda yaitu utusan Allah.”
Demikianlah, betapa kasih sayang Rasulullah saw. kepada sang Kijang membuktikan bahwa dia sayang kepada binatang, lebih-lebih kepada manusia. Sungguh Rasulullah saw. memperlihatkan rahmat kepada alam semesta dan isinya.

Wallahu A’lamu bi Muradih


al-Faqier ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
11-03-35, Kaliwungu Kota Santri

 

Comments

Popular posts from this blog

Kesederhanaan Habib Toha Al-Munawwar Semarang

Kh. Ahmad Badawi (Mbah Badawi Kaliwungu)

Kisah Haru Putri Herlina, Gadis Tanpa Tangan Yang Dipersunting Anak Pejabat Bi