Hikmah Medis Di Balik Perilaku Memaafkan



Islam ialah agama kasih sayang yang mengajarkan kebaikan kepada sesama manusia, baik terhadap sesama orang muslim ataupun orang non-muslim. Salah satu fatwa indah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. ialah sikap selalu memaafkan kesalahan orang lain. Kita mungkin pernah mendengar dongeng Rasulullah saw. yang selalu diludahi oleh seorang Yahudi saat dia hendak pergi ke masjid. Namun, dia membalas perlakuan tersebut dengan senyum. Hal yang paling menarik dalam dongeng ini ialah saat orang Yahudi tersebut sakit, Rasulullah saw. ialah orang pertama yang menjenguknya. Di sinilah letak keluhuran adab dia yang memaafkan orang yang telah menzalimi beliau. Akhirnya orang Yahudi tersebut masuk Islam karena kagum terhadap adab beliau.

Ajaran perihal sikap memaafkan ini telah termaktub dalam beberap ayat dalam Al-Qur’an. Diantaranya, QS. Al-A’raf ayat 199, QS. As-Syura’ ayat 40 dan QS. Ali Imran ayat 134. Ayat-ayat tersebut mengajarkan kepada umat Islam untuk menjadi orang yang pemaaf, walaupun orang yang menciptakan kesalahan tersebut belum atau tidak mau meminta maaf. Karena sikap memaafkan merupakan keluhuran kebijaksanaan dan adab yang harus dijunjung tinggi oleh umat Islam sebagai pengikut Rasulullah saw.

Dalam kehidupan sehari-hari, sikap memaafkan ternyata memiliki hikmah, manfaat dan pengaruh positif bagi seseorang. Dalam jurnal ilmiah EXPLORE (The Journal of Science and Healing), menjelaskan bahwa terdapat cukup banyak bukti yang mengatakan sikap memaafkan mendatangkan manfaat kesehatan bagi orang yang memaafkan.

Harun Yahya dalam artikelnya yang berjudul “Sikap Memaafkan dan Manfaatnya bagi Kesehatan”, menyatakan, “Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika menunjukan bahwa orang-orang yang bisa memaafkan itu lebih sehat, serta baik jiwa maupun raga”. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang sehabis memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan, orang yang mencar ilmu memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniah, namun juga jasmaniah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa menurut penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan (gangguan pada pikiran dan hati) dan badan menyerupai sakit punggung akhir stress (tekanan jiwa), susah tidur, dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang yang memaafkan ini.

Dr. Frederic Luskin dalam bukunya Forgive for Good, menjelaskan bahwa sifat pemaaf merupakan resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran menyerupai harapan (cita-cita), kesabaran, serta percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stress.

Inilah bukti faktual bahwa fatwa Al-Qur’an dan tauladan yang dicontohkan Rasulullah saw. perihal sikap memaafkan memiliki banyak sekali macam hikmah, manfaat dan pengaruh positif, terutama pada kesehatan dan kebahagiaan seseorang yang selalu memaafkan orang lain. Hasil-hasil penelitian diatas hanyalah sebagian kecil bukti-bukti manfaat dari sikap memaafkan. Sebab, ada sesuatu yang lebih besar yang akan dicapai seseorang kalau selalu memaafkan orang lain, yaitu derajat al-Muttaqin atau termasuk orang-orang yang bertakwa. Derajat inilah yang akan mengantarkan seseorang yang selalu memaafkan orang lain menuju nirwana Allah swt. sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 134.

Disusun Oleh Saifurroyya Dari Berbagai Sumber

Comments

Popular posts from this blog

Kesederhanaan Habib Toha Al-Munawwar Semarang

Kh. Ahmad Badawi (Mbah Badawi Kaliwungu)

Kisah Haru Putri Herlina, Gadis Tanpa Tangan Yang Dipersunting Anak Pejabat Bi